Bahkan
setelah jarak memisahkan dan tanpa kabar,
aku
masih belum menemukan kata ganti “kamu” yang bisa menggantikan
dirimu disetiap hariku.
Hai,
apa kabar kamu?
Sudah
lama sekali rasanya kita tidak menghabiskan waktu berdua hanya dengan
obrolan-obrolan ringan mengenai apa saja,
tidak bercanda atau saling
menertawakan kebodohan masing-masing.
Kini
sekat itu nyata sekali terbentang. Bahkan untuk kamu yang nyaris
setiap hari setiap waktu ada
Aku
rindu omelan-omelanmu mengenai apapun,
rindu usilmu yang menyebalkan.
Tapi
tampaknya kamu tidak.
Kamu baik-baik saja.
Bahkan terlihat lebih
bahagia tanpa kehadiranku.
Kamu kini terbang bebas tanpa peduli
benang-benang yang mengikatmu. Tertawa lepas tanpa kegundahan yang
kau keluhkan jika bersamaku.
Nyatanya,
mungkin aku gagal menjadi seorang yang memberikan rasa nyaman, hingga
pada akhirnya kamu memutuskan benar-benar beranjak dariku
Apa
kabar kamu?
Kini
aku yang tak lagi tahu kesibukan keseharianmu,
tak
lagi tahu keresahanmu,
tak lagi tahu apa yang ada di kepalamu.
Yang
ada kini hanya benteng yang kau bangun lebih tinggi,
lebih kuat,
lebih tebal, oleh kekesalan,
kemarahan dan mungkin kebencian
terhadapku.
Tapi masih saja aku
rindu, selalu rindu.
Fakta
gila yang harus kamu tahu,
aku masih mencintaimu sedalam dulu